Lalu
ingatkah kamu hari dimana kita duduk bersama dan saling berbicara? Kau bercerita
tentang wanitamu, dan aku juga berkata bahwa aku pernah mencintai seseorang begitu
dalam, bahkan hingga detik ini. Kau bertanya siapa laki-laki itu. Namun kujawab
dengan “sejak aku jatuh cinta padanya,
kuputuskan menjadikannya rahasia dalam hidupku”. Lalu kau berharap dapat
dicintai oleh wanitamu sedalam aku mencintai laki-laki itu. Aku hanya tersenyum.
Hari
setelahnya kau mengajakku ke pantai, kau bilang sesuatu yang buruk telah
terjadi. Wanita itu memilih untuk tidak lagi bersamamu. Kau pasti sangat
terluka, maka kubiarkan kau menatapi laut hingga larut malam karena kau berkata
padaku ditempat inilah kau merasa sangat nyaman. Kau ingat?
Pagi
itu aku menggambar setangkai mawar merah pada sebuah kertas. Kau mengamatinya
dan bertanya apakah aku sangat menyukai mawar. Aku hanya tersenyum dan melirik
padamu. Lalu kau bilang aku lebih mirip Lotus daripada mawar. Mawar itu cantik
tp durinya dapat melukai orang lain. Sedangkan Lotus itu bunga yang kuat dan
tegar, meskipun hidup di air berlumpur, namun air lumpur, tanah dan kotoran
takkan pernah bisa mengotori bunga Lotus. Tangkai Bunga Lotus saling terkait
berhubungan dengan pusat di tengah, melambangkan keabadian yang tak akan putus.
Karena itu kau sangat menyukai bunga Lotus. Lagi-lagi aku hanya tersenyum
mendengar penjelasanmu. Kau ingat?
Suatu
malam kau datang menemuiku. Kita bercerita tentang banyak hal. Sesekali kita
saling mengejek dan tertawa. Kemudian kau bertanya padaku “siapa yang memelihara Lotus?” saat melihat banyak bunga Lotus
mengapung indah memenuhi kolam dirumahku, “Aku”
jawabku. “sejak kapan kamu suka
Lotus?” kau menatapku heran. Aku tersenyum.
Waktu
itu kulihat kau kecewa. Gagal mendapat beasiswa ke Australi membuatmu murung
seharian. Lalu aku membawamu ke suatu tempat. Ya, ke pantai, kau ingat? Kau bertanya
kenapa aku membawamu ke tempat itu padahal aku sangat tidak suka berada di
dekat laut, laut membuatku takut karena dasarnya tak dapat kulihat. Tapi saat
itu aku malah berlari-lari menyusuri pantai sambil berteriak-teriak. Kau melakukannya
juga, dan kita saling menertawakan satu sama lain. Kau berkata “Lega sekali rasanya” dan aku sedikit
tenang mendengar hal itu. “bukankah impianmu
selama ini adalah belajar ke Eropa, bukan Australi? Mungkin ini adalah pertanda
bahwa mimpi itu akan segera terwujud” aku berusaha meyakinkanmu. Kau tersenyum.
Diantara
gerimis kau berlari ke rumahku. Kau berkata mimpimu sebentar lagi akan
terwujud. Kau akan pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi dalam waktu dekat
ini. Kau sangat bahagia, aku tahu itu. Tapi entah kenapa aku hanya bisa
membalasnya dengan senyuman getir. Kau bahkan menyadari hal itu dan berusaha
menghibur dengan berjanji akan sering mengirimiku surat atau email. Kau ingat?
Sampai
detik dimana aku harus benar-benar mengantarkan kepergianmu, yang kurasakan
hanyalah sebuah kekhawatiran dan ketakutan. Aku takut kau tak dapat mengartikan
senyumanku sebagai jawaban dari semua pertanyaanmu. Aku akan menyukai semua
tempat yang dapat membuatmu nyaman berlama-lama disana, termasuk laut. Bahkan saat
ini aku memilih studi tentang laut, tempat yang selalu mampu memberimu ketenangan
disaat kau membutuhkannya, dan aku menyukai bunga Lotus sejak aku tahu kau
menyukainya.
Dan
senyuman getir dihari kau mengatakan bahwa kau akan pergi adalah sebuah
ketakutan. Aku takut kehilangan. Bukan hanya kehilangan seorang sahabat, tetapi
juga kehilangan laki-laki yang kucintai…
Aku
ingin mencegahmu pergi, atau setidaknya membuatmu tahu apa yang kupendam
tentang laki-laki yang dapat membuatku diam-diam tersenyum mengaguminya, laki-laki
yang kujadikan rahasia dalam hidupku sejak aku mencintainya, laki-laki yang menjadi
bagian kisah terpenting dalam hidupku, laki-laki itu adalah sahabatku. Ya, kamu…
Aku
mencintaimu sangat dalam. Dalam hingga aku takut kau menjauh dariku karena
cinta ini. Maka aku selalu berusaha
merahasiakannya darimu. Bahkan hingga kau pergi aku tetap bertahan untuk menutupnya
rapat-rapat dalam hati dan menyembunyikan kuncinya sejauh mungkin darimu. Dan aku
menyesal…
Penyesalan
adalah satu hal yang sangat kuhindari. Namun akhirnya tak mampu kucegah berada dalam situasi ini. Satu
kesalahan paling bodoh yang seharusnya tak pernah kubiarkan terjadi adalah menyia-nyiakan
waktu untuk mengatakan apa yang kurasakan selagi kau berada didekatku. Seandainya
waktu dapat kembali, aku akan membiarkanmu tahu sejak lama. Kau tak perlu
mencintaiku, cukup berada disisiku dan tetap menjadi sahabatku…
Bagus Carpennya, atau pengalaman pribadi nih haha
BalasHapusmakasih, ber.. :)
BalasHapuscerpen ini hanya karangan belaka. apabila terdapat kesaamaan tempat, tokoh, dan cerita itu hanya kebetulan..haha..
geblek....aku kira beneran..hahaha
BalasHapuskeren Al....
hahaha... sebagian sih bener..kkkk
BalasHapusthanks selalu berkunjung k blog yg udh ga terurus ini, ndy..hehe