Senin, 03 Oktober 2011

Hati Seorang Sahabat

Kau ingat tentang ceritaku? Aku pernah mengenal seseorang. Dia menjadi bagian dari kisahku seperti sinar matahari pagi yang menyilaukan. Aku sangat mengaguminya, dan diam-diam tersenyum di sudut yang tak pernah terlihat olehnya. Ketika aku berbicara tentangnya, seluruh perasaan ini akan bahagia. Kau ingat?
Lalu ingatkah kamu hari dimana kita duduk bersama dan saling berbicara? Kau bercerita tentang wanitamu, dan aku juga berkata bahwa aku pernah mencintai seseorang begitu dalam, bahkan hingga detik ini. Kau bertanya siapa laki-laki itu. Namun kujawab dengan “sejak aku jatuh cinta padanya, kuputuskan menjadikannya rahasia dalam hidupku”. Lalu kau berharap dapat dicintai oleh wanitamu sedalam aku mencintai laki-laki itu. Aku hanya tersenyum.
Hari setelahnya kau mengajakku ke pantai, kau bilang sesuatu yang buruk telah terjadi. Wanita itu memilih untuk tidak lagi bersamamu. Kau pasti sangat terluka, maka kubiarkan kau menatapi laut hingga larut malam karena kau berkata padaku ditempat inilah kau merasa sangat nyaman. Kau ingat?
Pagi itu aku menggambar setangkai mawar merah pada sebuah kertas. Kau mengamatinya dan bertanya apakah aku sangat menyukai mawar. Aku hanya tersenyum dan melirik padamu. Lalu kau bilang aku lebih mirip Lotus daripada mawar. Mawar itu cantik tp durinya dapat melukai orang lain. Sedangkan Lotus itu bunga yang kuat dan tegar, meskipun hidup di air berlumpur, namun air lumpur, tanah dan kotoran takkan pernah bisa mengotori bunga Lotus. Tangkai Bunga Lotus saling terkait berhubungan dengan pusat di tengah, melambangkan keabadian yang tak akan putus. Karena itu kau sangat menyukai bunga Lotus. Lagi-lagi aku hanya tersenyum mendengar penjelasanmu. Kau ingat?
Suatu malam kau datang menemuiku. Kita bercerita tentang banyak hal. Sesekali kita saling mengejek dan tertawa. Kemudian kau bertanya padaku “siapa yang memelihara Lotus?” saat melihat banyak bunga Lotus mengapung indah memenuhi kolam dirumahku, “Aku” jawabku. “sejak kapan kamu suka Lotus?” kau menatapku heran. Aku tersenyum.
Waktu itu kulihat kau kecewa. Gagal mendapat beasiswa ke Australi membuatmu murung seharian. Lalu aku membawamu ke suatu tempat. Ya, ke pantai, kau ingat? Kau bertanya kenapa aku membawamu ke tempat itu padahal aku sangat tidak suka berada di dekat laut, laut membuatku takut karena dasarnya tak dapat kulihat. Tapi saat itu aku malah berlari-lari menyusuri pantai sambil berteriak-teriak. Kau melakukannya juga, dan kita saling menertawakan satu sama lain. Kau berkata “Lega sekali rasanya” dan aku sedikit tenang mendengar hal itu. “bukankah impianmu selama ini adalah belajar ke Eropa, bukan Australi? Mungkin ini adalah pertanda bahwa mimpi itu akan segera terwujud” aku berusaha meyakinkanmu. Kau tersenyum.
Diantara gerimis kau berlari ke rumahku. Kau berkata mimpimu sebentar lagi akan terwujud. Kau akan pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi dalam waktu dekat ini. Kau sangat bahagia, aku tahu itu. Tapi entah kenapa aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman getir. Kau bahkan menyadari hal itu dan berusaha menghibur dengan berjanji akan sering mengirimiku surat atau email. Kau ingat?
Sampai detik dimana aku harus benar-benar mengantarkan kepergianmu, yang kurasakan hanyalah sebuah kekhawatiran dan ketakutan. Aku takut kau tak dapat mengartikan senyumanku sebagai jawaban dari semua pertanyaanmu. Aku akan menyukai semua tempat yang dapat membuatmu nyaman berlama-lama disana, termasuk laut. Bahkan saat ini aku memilih studi tentang laut, tempat yang selalu mampu memberimu ketenangan disaat kau membutuhkannya, dan aku menyukai bunga Lotus sejak aku tahu kau menyukainya.
Dan senyuman getir dihari kau mengatakan bahwa kau akan pergi adalah sebuah ketakutan. Aku takut kehilangan. Bukan hanya kehilangan seorang sahabat, tetapi juga kehilangan laki-laki yang kucintai…
Aku ingin mencegahmu pergi, atau setidaknya membuatmu tahu apa yang kupendam tentang laki-laki yang dapat membuatku diam-diam tersenyum mengaguminya, laki-laki yang kujadikan rahasia dalam hidupku sejak aku mencintainya, laki-laki yang menjadi bagian kisah terpenting dalam hidupku, laki-laki itu adalah sahabatku. Ya, kamu…
Aku mencintaimu sangat dalam. Dalam hingga aku takut kau menjauh dariku karena cinta ini. Maka aku  selalu berusaha merahasiakannya darimu. Bahkan hingga kau pergi aku tetap bertahan untuk menutupnya rapat-rapat dalam hati dan menyembunyikan kuncinya sejauh mungkin darimu. Dan aku menyesal…
Penyesalan adalah satu hal yang sangat kuhindari. Namun akhirnya  tak mampu kucegah berada dalam situasi ini. Satu kesalahan paling bodoh yang seharusnya tak pernah kubiarkan terjadi adalah menyia-nyiakan waktu untuk mengatakan apa yang kurasakan selagi kau berada didekatku. Seandainya waktu dapat kembali, aku akan membiarkanmu tahu sejak lama. Kau tak perlu mencintaiku, cukup berada disisiku dan tetap menjadi sahabatku…

4 komentar:

  1. Bagus Carpennya, atau pengalaman pribadi nih haha

    BalasHapus
  2. makasih, ber.. :)
    cerpen ini hanya karangan belaka. apabila terdapat kesaamaan tempat, tokoh, dan cerita itu hanya kebetulan..haha..

    BalasHapus
  3. geblek....aku kira beneran..hahaha
    keren Al....

    BalasHapus
  4. hahaha... sebagian sih bener..kkkk
    thanks selalu berkunjung k blog yg udh ga terurus ini, ndy..hehe

    BalasHapus